ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SARS
(SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME)
DI
SUSUN
OLEH
KELOMPOK
9
1. A K B A R
2. EKO SETIAWAN
3. FITRIANI MAPPASOMBA
4. RISKA
FAKULTAS
KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
PATRIA ARTHA
MAKASSAR
2014
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SARS
(SEVERE
ACUTE RESPIRATORY SYNDROME)
1.
KONSEP
DASAR MEDIS
A. DEFINISI
SARS (severe acute
respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang
mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus (Mansjoer, Arif dkk 2004).
sindrom
pernafasan akut parah ( severe
acute respiratory syndrome/SARS ) merupakan kumpulan gejala pada saluran
pernafasan seperti batuk, flu, bersin dan sesak nafas juga terjadi infeksi
paru-paru( pneumonia) yang timbul secara akut atau tiba- tiba dalam hitungan
hari serta dapat menjadi sangat parah bahkan dapat mengancam jiwa (Judarwanto
widodo, 2007).
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit
infeksi saluran nafas yang disesbakan oleh virus corona dengan sekumpulan
gejala klinis yang sangat berat (Chen &Rumende, 2006).
SARS adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan
penyakitinfeksi pada jaringan paru manusia yang penyebabnya adalah Coronavirus
(Poutanen et al .2003).
Menurut literatur lain, SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat
atau disebut juga penyakit infeksisaluran pernafasan yang disebabkan oleh virus
Corona Family Paramyxovirus (Zhang et al.,2006).
Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu “suspect”
dan “probable” sesuai kriteria WHO.
1. Definisi penderita suspect (diduga) mempunyai riwayat sebagai
berikut :
Demam tinggi (> 380C / 100,40F)
disertai dengan batuk atau mengalami kesulitan bernafas ditambah dengan adanya
satu atau lebih riwayat pajanan dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala klinis
yaitu :
1)
Pernah kontak dekat
dengan penderita suspect atau penderita probable SARS (seperti merawat
penderita, tinggal bersama, menangani sekret atau cairan tubuh penderita)
2)
Dan atau adanya riwayat
pernah melakukan perjalanan kedaerah yang sedang terjangkit SARS
3)
Dan atau tinggal
didaerah yang sedang terjangkit SARS.
2. Definisi penderita probable (mungkin) adalah penderita
suspect seperti yang disebutkan diatas disertai dengan :
1)
Gambaran radiologis
adanya infiltrat pada paru yang konsisten dengan gejala klinis pneumonia atau
Respiratory Distress Syndrome (RDS) yang ada.
2)
Atau ditemukannya coronavirus
SARS dengan satu atau lebih metoda pemeriksaan laboratorium.
3)
Atau pada otopsi
ditemukan gambaran patologis RDS tanpa sebab yang jelas.
B. INSIDEN
SARS itu singkatan dari Severe
Acute Respiratory Syndromeatau Corona Virus Pneumonia (CVP),
suspek (suspect case) terjadi pada seseorang setelah 1 Februari 2003 lalu.
Wabah penyakit gangguan pernapasan misterius ini terus melanda kawasan Asia dan
terus meminta korban. Seorang pasien di Hongkong menjadi korban tewas keenam di
wilayah administrative.
Pertama kali dilaporkan dari
provinsi Guangdong, Republik Rakyat Cina. Seorang dokter Cina yang terjangkit
penyakit SARS berkunjung ke Hongkong dan menginap di lantai 9 Hotel Metropole,
Hongkong pada bulan Februari. Mereka kemudian menularkan ke Vietnam, Kanada,
Singapura dan kepada orang-orang di Hongkong. Cina akibat penyakit yang
oleh WHO diidentifikasi sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Korbannya adalah adik ipar seorang dokter berusia 64 tahun yang meninggal
sebelum akibat SARS. Dokter itu telah menulari sedikitnya tujuh orang yang
berada di lantai sembilan hotel Metropole, di distrik Kowloon antara 15 sampai
27 Februari. Seluruh bagian lantai gedung itu kini ditutup.
Berapa
kasus yang telah tercatat sampai 3 April 2003 lalu, ada 2223 kasus, 78
meninggal dan tersebar di 18 negara yaitu Canada 58, China 1190, Hongkong ada
708 kasus, Taiwan 13 kasus, France 1 kasus, Germany 5 kasus, Italy 3 kasus,
Republik Ireland 2 kasus, Romania 3 kasus, Singapore 95 kasus,
Switzerland 2 kasus, Thailand 7 kasus, United Kingdom 3 kasus, United States 72
kasus, Vietnam 58 kasus, Australia 1 kasus, Belgium 1 kasus, Canada dan Italy 3
ada kasus.
C. ETIOLOGI
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7
April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru
teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari
kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “crown” atau mahkota.
Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan
mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya
lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung
yang melukai paru-paru, diantaranya :
a.
Pneumonia
b.
Tekanan darah yang sangat rendah
(syok)
c.
Terhirupnya makanan ke dalam paru
(menghirup muntahan dari lambung)
d.
Beberapa transfusi darah
e.
Kerusakan paru-paru karena menghirup
oksigen konsentrasi tinggi
f.
Emboli paru
g.
Cedera pada dada
h.
Overdosis obat seperti heroin,
metadon, propoksifen atau aspirin
i.
Trauma hebat
j.
Transfusi darah (terutama dalam
jumlah yang sangat banyak).
ü Faktor Predisposisi
·
Faktor diri
(host) : umur, jenis
kelamin, status gizi, kelainan congenital, imunologis, BBLR dan premature.
·
Faktor
lingkungan : Pola hidup, asap rokok,
keterpaparan terhadap infeksi, sosial ekonomi, Kepadatan tempat
tinggal,cuaca dan polusi udara.
·
Defisiensi vitamin
·
Tingkat sosio ekonomi rendah
·
Tingkat jangkauan pelayanan
kesehatan yang rendah
·
Menderita penyakit kronis
·
Aspek kepercayaan setempat dalam
praktek pencarian pengobatan yang salah.
ü Faktor Pencetus
Coronavirus
adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada
suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita
diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan
bahan-bahan fiksasi. Seperti virus lain, corona menyebar lewat
udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam
tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian
sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien
atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk
bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau barang yang
digunakan oleh pasien SARS.
D.
PATOFISIOLOGI
SARS
secara klinis lebih melibatkan saluran nafas baian bawah dibandingkan dengan
saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas bagian bawah, sel-sel asinus
adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus.
Patogenesis SARS terdiri dari 2 macam
fase (Chen dan Rumende, 2006),
1.
Fase Pertama
Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini
melibatkan proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang
eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi
serta edema dan pembentukan membran
hialin.
Membran
hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan
sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel-sel epitel paru maka barrier
antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang
berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun
masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru tersebut diakibatkan
karena efek toksik dari virus tersebut secara langsung atau kerusakan tersebut
terjadi karena perantara sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat
diamati dan diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada makrofag
alveolar.
2.
Fase kedua
Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah
10 hari). Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD
yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa
bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen alveolus.
Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nucleus
dan nucleoli yang eosinofilik.
Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak
nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel raksasa tersebut
diduga merupakan akibat langsung dari COV SARS, namun sumber lain mengatakan
bahwa hal tersebut bukan karena COV SARS namun disebabkan karena proses
inflamasi yang berat pada tahap DAD eksudatif.
E.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Demam tinggi (>380 C)
2.
Satu atau lebih gangguan pernafasan
yaitu batuk, nafas pendek, kesulitan bernafas.
3.
Satu atau lebih keadaan berikut:
·
Dalam 10 hari terakhir sebelum
sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa
sebagai penderita SARS
·
Dalam 10 hari terakhir sebelum
sakit, melakukan perjalanan ke tempat yang dilaporkan adanya penderita SARS.
4.
Gejala lain yang mungkin ditemukan
pada penderita SARS adalah: sakit kepala, kaku otot, lemah, gangguan kesadaran,
nafsu makan hilang dan kemerahan pada kulit.
F.
KOMPLIKASI
1.
Abses paru
2.
Efusi pleural
3.
Empisema
4.
Gagal nafas
5.
Perikarditis
6.
Meningitis
7.
Atelektasis
8.
Hipotensi
9.
Delirium
10.
Asidosis metabolic
11.
Dehidrasi
12.
Penyakit multi lobular
13.
Septikemi
14.
Superinfeksi dapat terjadi sebagai
komplikasi pengobatan farmakologis.
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1)
Pemeriksaan radiologis : air
bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2)
Pada pemeriksaan fisik : dengan
menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal
(seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah
dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena
kekurangan oksigen).
3)
Pemeriksaan yang biasa dilakukan
untuk mendiagnosis SARS :
·
Rontgen dada (menunjukkan adanya
penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara)
·
Gas darah arteri
·
Hitung jenis darah dan kimia darah
·
Bronkoskopi.
4)
Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5)
Pemeriksaan
Bakteriologis : sputum,
darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal,
torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6)
Test DNA sequencing bagi coronavirus
yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama
hanya mampu mendeteksi antibody.
H.
PENATALAKSANAAN
Terapi
supportif umum : meningkatkan daya tahan
tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
·
terapi oksigen
·
Humidifikasi dengan nebulizer
·
Fisioterapi dada
·
Pengaturan cairan
·
Pemberian kortokosteroid pada fase
sepsis berat
·
Obat inotropik
·
Ventilasi mekanis
·
Drainase empiema
·
Bila terdapat gagal nafas, diberikan
nutrisi dengan kalori cukup
Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena
menyajikan fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan
untuk mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum
tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk
menutupi terhadap patogen pernafasan Common per nasional atau pedoman
pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial pneumonia.
Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik
dapat ditarik. Selain efek antibakteri mereka, beberapa antibiotik
immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya quinolones dan
makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan.
SARS
dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien
dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi
antibiotik saja.
Antibiotik :
·
Idealnya berdasarkan jenis kuman
penyebab
·
Utama ditujukan pada S.pneumonia,
H.Influensa dan S.Aureus
I.
PROGNOSIS
Angka
kematian melebihi 40%. Apabila penyakit tidak ditangani dengan baik maka
kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat
rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke
kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai
alat pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbondioksida. Tanda
jasmani tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan
mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation.Kemudian, tachypnea dan
lethargy kelihatan jelas
Pada
penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama, cenderung
akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu membaik
beberapa bulan setelah ventilator dilepas.
Penderita
yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau
tanpa kelainan paru-paru jangka panjang.
2.
PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelelahan
umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur
pada malam hari, menggigil atau berkeringat.
Tanda : takikardia.
takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).
2.
Integritas EGO
Gejala : adanya
faktor stress lama, masalah keuangan rumah, perasaan tidak berdaya/tidak ada
harapan. populasi budaya/etnik, missal orang Amerika asli atau imigran dari
Asia Tenggara/ benua lain.
Tanda : menyangkal
(khususnya selama tahap dini) ansietas ketakutan, mudah terangsang.
3.
Makanan/cairan
Gejala :
kehilangan nafsu makan. tidak
dapat mencerna penurunan berat
badan.
Tanda : turgor kulit buruk, kering/ kulit
bersisik, kehilangan otot/ hilang lemak subkutan.
4.
Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku
distraksi, gelisah.
5.
Pernafasan
Gejala : batuk produktif atau tidak produktif, nafas
pendek, riwayat tuberculosis terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas
atau fibrosis parenkim paru pleura) pengembangan pernafasan tidak simetri
(effuse pleura) perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau
penebalan pleural bunyi nafas menurun / tidak ada secara bilateral atau
unilateral efusi pleural / pneumotorak) bunyi nafas tubuler dan bisikan
pectoral di atas lesi luas, krekels tercabut di atas aspek paru selama
inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekes posttussic) karakteristik sputum:
hijau, puluren, muloid kuning atau bercak darah deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik).
6.
Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun. contoh: AIDS,
kanker. Tes HIV positif.
Tanda : demam
rendah atau sedikit panas akut.
7.
Interaksi sosial
Gejala :
perasaan isolasi/ penolakan
karena penyakit menular, perubahan bisa dalam tanggungjawab / perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
B. PATHWAY
Corona virus droplet saluran
pernapasan
Peningkatan angka inkubasi 2-10 hari
Leukosit
Demam radang
paru
Nafsu makan hipertermi sekret
Intake makanan/ Dehidrasi sesak napas
minuman Asupan O2
Tdk adekuat
perubahan
Respiratory
Rate
Metabolisme
Anaerob
Peningkatan
Asam laktat
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan sekret
2.
Volume cairan berhubungan dengan intake
kurang
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake kurang
4.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan
asam laktat
5.
Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan perubahan respirasi rate
D.
INTERVENSI
DX1. Bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
TU : Bersihan jalan
napas efektif
TK : jumlah pernapasan
dalam batas normal, frekuensi pernapasan normal dan ekspansi dada normal
KH :
·
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
·
Menunjukkan jalan nafas
yang paten
·
Mampumengidentifikasikan
dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
Intervensi
1. Kaji
frekuensi/kedalamanpernapasan dan gerakan dada
R/
Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanangarakan dinding dada
2. Auskultasi
area paru, catat area penurunan/tak ada
aliran udara dan bunyi napas
R/
mengetahui adanya penumpukan sekret
3. Bantu
pasien latihan napas dalam
R/
napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru
4. Pengisapan
sesuai indikasi
R/
merangsang batuk untuk membersihkan jalan napas
5. Berikan
cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).Tawarkan air hangat
daripada dingin.
R/
cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
DX II. Volume cairan
berhubungan dengan intake kurang
TU :volume cairan
terpenuhi
TK :intake dan output
seimbang, tidak ada tanda-tanda dehidrasi dan turgor kulit baik
KH :
·
Mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
·
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
·
Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan
Intervensi :
1. Observasi
TTV, catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi dan membran mukosa
R/
kekurangan/perpindahan cairan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan TD dan
mengurangi volume nadi
2. Ukur/hitung
masukan, pengeluaran, dan keseimbangan cairan.
R/
memberikan informasi tentang status cairan umum
3. Timbang
berat badan
R/
perubahan BB cepat menunjukkan gangguan dalam air tubuh total
4. Kolaborasi
: berikan cairan IV dalam observasi ketat/dengan alat kontrol sesuai indilasi
R/
memperbaiki atau mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan.
DX III. Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang
TU : nutrisi terpenuhi
TK : tidak ada
tanda-tanda malnutrisi, menghabiskan diet yang ditentukan, intake dan output
seimbang
KH :
·
Pemasukan nutrisi yang adekuat
·
Pasien mampu menghabiskan diet yang dihidangkan
·
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
·
Nilai laboratorim, protein total 8-8 gr%, Albumin 3.5-5.4 gr%,
Globulin 1.8-3.6 gr%, HB tidak kurang dari 10 gr %
·
Membran mukosa dan konjungtiva tidak pucat
Intervensi:
1. Kaji
kebiasaan diet, dan masukan makanan saat ini.
R/
pasien distres pernapasan sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan
obat
2. Auskultasi
bunyi usus
R/
penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas gaster dsn
konstipasi
3. Berilan
perawatan oral sesering mungkin, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai dan tissu
R/
rasa tidak enak, bauh dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan
dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kualitas napas
4. Hindari
makanan penghasil gas dan bikarbonat
R/
suhu ekstrim dapat mencetus/meningkatkan spasme batuk
5. Kolaborasi
: memberikan makanan yang mudah dicerna, secara nurisi seimbang
R/
metode makanan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/kebutuhan individu
untuk memberikan nutrisi maksimal
DX IV. Nyeri
berhubungan dengan peningkatan asam laktat
TU : nyeri berkurang
TK : nilai GCS kembali
normal, ekspresi wajah tenang, dan klien tidak meringis
KH
:
·
Nyeri berkurang
·
Nilai GCS normal
Intervensi
1. Tentukan
karakteristik nyeri
R/
nyeri dada yang timbul komplikasi SARS seperti perikarditis
2. Pantau
tanda-tanda vital
R/
perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan pasien mengalami nyeri.
3. Berikan
tindakan nyaman : relaksasi, perubahan posisi dan pijat pinggang
R/
tindakan non-analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan
4. Kolaborasi
: berikan analgetik dan antitusif sesuai indikasi
R/
obat ini dapat menurunkan rasa nyeri dan digunakan untuk menekan batuk
produktif
DX V.Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan perubahan respirasi rate
TU : pola napas efektif
TK : pasien tampak
tenang, dan sesak berkurang
KH :
·
Menunjukkan pola napas efektif dengan
frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/bersih
Intervensi :
1. Kaji
frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
R/
kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas
2. Auskultasi
bunyi napas
R/
bunyi napas menurun/tidak ada bila janan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan
3. Tinggikan
kepala dan bantu mengubah posisi
R/
kepala tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan
4. Observasi
pola batuk dan karekter sekret
R/
kongestif alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi
5. Kolaborasi
: berikan oksigen tambahan dan nebulizer
R/
memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
E.
EVALUASI
1. Bersihan
jalan napas efektif
2. Volume
cairan terpenuhi
3. Nutrisi
terpenuhi
4. Nyeri
berkurang
5. Pola
napas efektif
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. edisi 8 volume 3. EGC: Jakarta
Jong, W. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid II Edisi Ketiga. Media Aesculapius : Jakarta.
McCloskey&Bulechek. 2005. Nursing Interventions
Classifications (NIC). Second edisi. By Mosby-Year book.Inc: Newyork.
NANDA.
2007-2008. Nursing Diagnosis:
Definitions and classification. Philadelphia: USA.
University IOWA. NIC and NOC Project. 2010. Nursing
Outcome Classifications (NOC). Philadelphia: USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar