Rabu, 17 Desember 2014

MAKALAH KEPEAWATAN KOMUNITAS MENURUT TEORI
HILDEGARD E. PEPLAU
(INTERPERSONAL RELATION IN NURSING)










DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

1.      TAUFIK ISMAIL
2.      AKBAR
3.      LENI AYU JULIANTI
4.      INDRA.B
5.      NURRAHMI
6.      MIRNAWATI





S1 KEPERAWATAN UNIVESITAS PATRIA ARTHA
MAKASSAR
2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang
Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.
Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.
Untuk menjalankan tugas keperawatan, banyak teori keperawatan yang digunakan, salah satunya adalah Hildegard E. Peplau. Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit dan proses interpersonal.

2.        Rumusan Masalah
          Adapun problem yang perlu dibahas dalam makalah ini adalah mengenai bagaimanakah model keperawatan menurut Hildegard E. Peplau, yaitu:
  1. Bagaimanakah teori keperawatan Hildegard E. Peplau?
  2. Bagaimanakah keperawatan komunitas menurut teori Hildegard E. Peplau?
  3. Bagaimanakah teori Peplau dan konsep 4 besar?






BAB II
PEMBAHASAN

A.      TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS  HILDEGARD E. PEPLAU (INTERPERSONAL RELATION IN NURSING)
Teori ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri & orang lain dengan menggunakan dasar huungan antar manusia (HAM)
Menurut Peplau, Keperawatan adalah proses interpersonal karena melibatkan interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan bersama.
1.      Fase-fase Hubungan Interpersonal :
1)      Fase Orientasi : Perawat dan pasien melakukan kontrak awal untuk menjalin trust, terjadi proses pengumpulan data
2)      Fase Identifikasi : Perawat sebagai fasilitator untuk memfasilitasi expresi perasaan pasien, melaksanakan asuhan keperawatan
3)      Fase Eksplorasi : Perawat telah membantu pasien dalam memberikan gambaran kondisi pasien
4)      Fase Resolusi : Perawat berusaha secara bertahap untuk membebaskan pasien dari ketergantungan terhadap nakes & menggunakan kemampuan yang dimilikinya

2.      Asumsi
Asumsi utama atau asumsi dasar dalam pengembangan model konsep dan teori hubungan interpersonal Oleh Peplau dibedakan menjadi asumsi eksplisit dan implicit.
a.       Asumsi ekplisit memberi pandangan bahwa
Perawat akan membuat individu, keluaga dan masyarakat belajar ketika ia menerima penanganan perawatan, Menjalankan fungsi keperawatan dan pendidikan keperawatan dengan membantu perkembangan pasien ke arah kedewasaan. Keperawatan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang membimbing proses ke resolusi dari masalah interpersonal.



b.      Asumsi implisit
Mempertegas profesi keperawatan memiliki tanggung jawab legal dalam penggunaan keperawatan secara efektif dan segala konsekuensinya kepada pasien.

B.       KOMPONEN DASAR
Dalam kaitannya dengan perpektif paradigma keperawatan, Peplau juga menguraikan secara terperinci berdasarkan 4 komponen dasar :
a.       Manusia
Manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan yang tidak stabil. Individu dipandang sebagai suatu organisme yang hidup dalam equilibrium yang tidak stabil yang berjuang dengan caranya sendiri untuk megurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal
b.      Lingkungan
Peplau mendefenisikan lingkungan sebagai bentuk di luar organisme dalam konteks kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan. Lingkungan Merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dimana Budaya, adat istiadat dan kebiasaan serta keyakinan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi individu
c.       Kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan proses makhluk lain secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas, produktivitas dan sikap individual dari kehidupan masyarakat. Kesehatan Suatu perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan ke arah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif
d.      Keperawatan
Keperawatan adalah alat pendidikan untuk kekuatannya bertujuan untuk mendukung kekuatan seseorang dalam kreativitas langsung, produktivitas, dan sikap individual dari kehidupan masyarakat Suatu proses interpersonal yang bermakna, bersifat therapeutic.
C.       PERAN PERWAT
Peplau secara terperinci menguraikan beberapa peran perawat :
a.       Stranger : menerima pasien secara baik-baik untuk dapat beradaptasi dengan situasi kehidupan yang berbeda, sehingga tercipta hubungan saling percaya.
b.      Teacher : sebagai guru dalam memberi pengetahuan sesuai kebutuhan.
c.       Resource Person : Sebagai narasumber atau pemberi informasi yang spesifik dalam memahami masalah atau situasi yang baru
d.      ounselors :  Membantu individu untuk memahami dan mengintegrasikan makna kehidupan saat ini sambil memberikan bimbingan dan dorongan untuk melakukan perubahan.
e.       Surrogate : bertindak sebagai advokasi, yaitu atas nama pasien untuk membantu memperjelas domain saling ketergantungan dan kemandirian
f.       Leader : memimpin pertemuan dengan cara yang saling memuaskan.

D.      KEPERAWATAN KOMUNITAS MENURUT TEORI PEPLAU
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Peplau, 1977).

Pemaparan ini menunjukkan bahwa teori Hildegard E. Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat,keluarga, kelompok dan masyarakat dan proses interaktif yang menghasilkan hubungan interpersonal antara perawat dan klien.

Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Artinya suatu hasil proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antarmanusia).

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk mendidik individu dan keluarga dan untuk membantu individu, keluraga dan masyarakat  mencapai kematangan perkembangan kepribadian. Oleh sebab itu, perawat berupaya mengembangkan hubungan perawat dan individu melalui peran yang diembannya (nara sumber, konselor, dan wali).

Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan yaitu; pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1.      Pencegahan Primer          
Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.

2.      Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.

3.      Pencegahan Tersier
Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.

Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Peplau, 1998), sasaran ini terdiri dari :

a.       Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan / keperawatan karena ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
           
b.      Keluarga
            Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan / keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-anggota keluarga lain, dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.

c.       Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah mereka yang tidak mampu meyakinkan keberadaan dirinya dalam kehidupan social atau perorangan secara normal

d.      Tingkat Komunitas
 Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.

Model  konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral :
1.      Individu
Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman. individu adalah subjek yang langsung dipengaruhi. .Oleh adanya proses interpersonal.
2.      Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan individu, keluarga dan masyarakat yang bersifat partisipatif dan mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Hal ini berarti dalam hubungannya dengan individu, keluarga masyarakat dan perawat, perawat berperan sebagai mitra kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.

Peplau mengemukakan 6 peran perawat, ini dapat digunakan oleh perawat dalam beriteraksi dengan masyarakat ( komunitas).
a.       Perawat sebagai orang asing (stranger) akan menerima klien dengan cara yang samadan tidak membeda-bedakan klien terutama dalam komunitas.
b.      Perawat sebagai mitra kerja akan membantu dalam membangunn kerja sama antara perawat dan masyarakat dalam komunitas.
c.       Perawat sebagai nara sumber akan membantu masyarakat dalam pemberian informasi,terutama yang berhubungan dengan kesehatan.
d.      Perawat sebagai nara sumber akan memberikan pendidikan, pelatihan dan bimbingankepada masyarakat (komunitas).
e.       Perawat sebagai konselor akan membantu masyarakat dalam menyelesaikanpermasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan memberikan jalan keluar daripermasalahan yang dihadapi oleh masyarakat terumata berkaitan dengan kesehatan.
f.       Proses interpersonal yang dikemukakan Peplau akan sangat membantu perawat dalammenjalin hubungan dengan masyarakat.

3.      Masalah Kecemasan yang terjadi akibat sakit / Sumber Kesulitan
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam model peplau ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit.
4.      Proses Interpersonal
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas pasien oleh perawat.

E.       TEORI PEPLAU DAN KONSEP EMPAT BESAR
          Teori keperawatan biasanya berkembang menjadi empat konsep individu, kesehatan, masyarakat, dan keperawatan. Peplau mendefinisikan manusia sebagai organisme kesehatan, didefinisikan sebagai "simbol kata yang menyiratkan gerakan maju kepribadian dan proses-proses manusia lainnya yang sedang berlangsung di arah yang produktif, kreatif, konstruktif dan usaha dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh kebutuhan "pribadi, dan komunitas yang hidup".




















    
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Teori Hildegard E. Peplau berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif. Hildegard E. Peplau yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai narasumber, konselor dan wali.





















DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2005). Community as partner: Theory and practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott

Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2006). Community health nursing : Concepts and practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott

Clark, M.J.(2008). Nursing in the community: Dimensions of community health nursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange

George B. Julia ,2007 Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd ed.Norwalk, Appleton and Lange.

Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :Jakarta.

Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. CvSagung Seto : Jakarta.








askep SARS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SARS
(SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME)





DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK 9
1.      A K B A R
2.      EKO SETIAWAN
3.      FITRIANI MAPPASOMBA
4.      RISKA








FAKULTAS KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
MAKASSAR
2014


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SARS
(SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME)
1.        KONSEP DASAR MEDIS
A.      DEFINISI

SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus (Mansjoer, Arif dkk 2004).

   sindrom pernafasan akut parah ( severe acute respiratory syndrome/SARS ) merupakan kumpulan gejala pada saluran pernafasan seperti batuk, flu, bersin dan sesak nafas juga terjadi infeksi paru-paru( pneumonia) yang timbul secara akut atau tiba- tiba dalam hitungan hari serta dapat menjadi sangat parah bahkan dapat mengancam jiwa (Judarwanto widodo,  2007).

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran nafas yang disesbakan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis yang sangat berat (Chen &Rumende, 2006).

SARS adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan penyakitinfeksi pada jaringan paru manusia yang penyebabnya adalah Coronavirus (Poutanen et al .2003).

Menurut literatur lain, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksisaluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus (Zhang et al.,2006).

Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable” sesuai kriteria WHO.
1.      Definisi penderita suspect (diduga) mempunyai riwayat sebagai berikut :
Demam tinggi (> 380C / 100,40F) disertai dengan batuk atau mengalami kesulitan bernafas ditambah dengan adanya satu atau lebih riwayat pajanan dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala klinis yaitu :
1)      Pernah kontak dekat dengan penderita suspect atau penderita probable SARS (seperti merawat penderita, tinggal bersama, menangani sekret atau cairan tubuh penderita)
2)      Dan atau adanya riwayat pernah melakukan perjalanan kedaerah yang sedang terjangkit SARS
3)      Dan atau tinggal didaerah yang sedang terjangkit SARS.

2.      Definisi penderita probable (mungkin) adalah penderita suspect seperti yang disebutkan diatas disertai dengan :
1)      Gambaran radiologis adanya infiltrat pada paru yang konsisten dengan gejala klinis pneumonia atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) yang ada.
2)      Atau ditemukannya coronavirus SARS dengan satu atau lebih metoda pemeriksaan laboratorium.
3)      Atau pada otopsi ditemukan gambaran patologis RDS tanpa sebab yang jelas.

B.       INSIDEN
SARS itu singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndromeatau Corona Virus Pneumonia (CVP), suspek (suspect case) terjadi pada seseorang setelah 1 Februari 2003 lalu. Wabah penyakit gangguan pernapasan misterius ini terus melanda kawasan Asia dan terus meminta korban. Seorang pasien di Hongkong menjadi korban tewas keenam di wilayah administrative.
Pertama kali dilaporkan dari provinsi Guangdong, Republik Rakyat Cina. Seorang dokter Cina yang terjangkit penyakit SARS berkunjung ke Hongkong dan menginap di lantai 9 Hotel Metropole, Hongkong pada bulan Februari. Mereka kemudian menularkan ke Vietnam, Kanada, Singapura dan kepada orang-orang di Hongkong. Cina akibat penyakit yang oleh WHO diidentifikasi sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Korbannya adalah adik ipar seorang dokter berusia 64 tahun yang meninggal sebelum akibat SARS. Dokter itu telah menulari sedikitnya tujuh orang yang berada di lantai sembilan hotel Metropole, di distrik Kowloon antara 15 sampai 27 Februari. Seluruh bagian lantai gedung itu kini ditutup.
Berapa kasus yang telah tercatat sampai 3 April 2003 lalu, ada 2223 kasus, 78 meninggal dan tersebar di 18 negara yaitu Canada 58, China 1190, Hongkong ada 708 kasus, Taiwan 13 kasus, France 1 kasus, Germany 5 kasus, Italy 3 kasus, Republik Ireland 2 kasus, Romania 3 kasus, Singapore 95 kasus, Switzerland 2 kasus, Thailand 7 kasus, United Kingdom 3 kasus, United States 72 kasus, Vietnam 58 kasus, Australia 1 kasus, Belgium 1 kasus, Canada dan Italy 3 ada kasus.
C.      ETIOLOGI
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
a.       Pneumonia
b.      Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
c.       Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
d.      Beberapa transfusi darah
e.       Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
f.       Emboli paru
g.      Cedera pada dada
h.      Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
i.        Trauma hebat
j.        Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak). 

ü  Faktor Predisposisi
·         Faktor diri (host)         : umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital, imunologis, BBLR dan premature.
·         Faktor lingkungan       : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi, sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal,cuaca dan polusi udara.
·         Defisiensi vitamin
·         Tingkat sosio ekonomi rendah
·         Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
·         Menderita penyakit kronis
·         Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.

ü   Faktor Pencetus
Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiksasi.  Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau barang yang digunakan oleh pasien SARS.

D.      PATOFISIOLOGI

SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas baian bawah dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas bagian bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus. Patogenesis  SARS terdiri dari 2 macam fase (Chen dan Rumende, 2006),

1.      Fase Pertama

Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan  membran hialin.

            Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel-sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru tersebut diakibatkan karena efek toksik dari virus tersebut secara langsung atau kerusakan tersebut terjadi karena perantara sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat diamati dan diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada makrofag alveolar.

2.      Fase kedua

Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari). Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nucleus dan nucleoli yang eosinofilik.

Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel raksasa tersebut diduga merupakan akibat langsung dari COV SARS, namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena COV SARS namun disebabkan karena proses inflamasi yang berat pada tahap DAD eksudatif.

E.       MANIFESTASI KLINIS

1.      Demam tinggi (>380 C)
2.      Satu atau lebih gangguan pernafasan yaitu batuk, nafas pendek, kesulitan bernafas.
3.      Satu atau lebih keadaan berikut:
·         Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa sebagai penderita SARS
·         Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke tempat yang dilaporkan adanya penderita SARS.
4.      Gejala lain yang mungkin ditemukan pada penderita SARS adalah: sakit kepala, kaku otot, lemah, gangguan kesadaran, nafsu makan hilang dan kemerahan pada kulit.

F.       KOMPLIKASI

1.         Abses paru
2.         Efusi pleural
3.         Empisema
4.         Gagal nafas
5.         Perikarditis
6.         Meningitis
7.         Atelektasis
8.         Hipotensi
9.         Delirium
10.     Asidosis metabolic
11.     Dehidrasi
12.     Penyakit multi lobular
13.     Septikemi
14.     Superinfeksi dapat terjadi sebagai komplikasi pengobatan farmakologis.

G.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

1)      Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2)      Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
3)      Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
·         Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara)
·         Gas darah arteri
·         Hitung jenis darah dan kimia darah
·         Bronkoskopi. 
4)      Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5)      Pemeriksaan Bakteriologis    :         sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6)      Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

H.      PENATALAKSANAAN

*        Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
·           terapi oksigen
·           Humidifikasi dengan nebulizer
·           Fisioterapi dada
·           Pengaturan cairan
·           Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
·           Obat inotropik
·           Ventilasi mekanis
·           Drainase empiema
·           Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup

Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen pernafasan Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial pneumonia.

Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan.
            SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja.
Antibiotik :
·         Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
·         Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus

I.         PROGNOSIS

Angka kematian melebihi 40%.  Apabila penyakit tidak ditangani dengan baik maka kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbondioksida. Tanda jasmani tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation.Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas

Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama, cenderung akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu membaik beberapa bulan setelah ventilator dilepas. 

Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang. 














2.        PROSES KEPERAWATAN
A.      PENGKAJIAN
1.      Aktivitas atau istirahat
Gejala     : kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat.
Tanda      : takikardia. takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).
2.      Integritas EGO
Gejala     : adanya faktor stress lama, masalah keuangan rumah, perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan. populasi budaya/etnik, missal orang Amerika asli atau imigran dari Asia Tenggara/ benua lain.
Tanda      : menyangkal (khususnya selama tahap dini) ansietas ketakutan, mudah terangsang.
3.      Makanan/cairan
Gejala   :   kehilangan nafsu   makan.   tidak   dapat   mencerna penurunan berat badan.
Tanda      : turgor kulit buruk, kering/ kulit bersisik, kehilangan otot/ hilang lemak subkutan.
4.      Nyeri atau kenyamanan
Gejala     : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda      : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
5.      Pernafasan
Gejala     :  batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat tuberculosis terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda      : peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru pleura) pengembangan pernafasan tidak simetri (effuse pleura) perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural bunyi nafas menurun / tidak ada secara bilateral atau unilateral efusi pleural / pneumotorak) bunyi nafas tubuler dan bisikan pectoral di atas lesi luas, krekels tercabut di atas aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekes posttussic) karakteristik sputum: hijau, puluren, muloid kuning atau bercak darah deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
6.      Keamanan
Gejala     : adanya kondisi penekanan imun. contoh: AIDS, kanker. Tes HIV positif.
Tanda      :       demam rendah atau sedikit panas akut.
7.      Interaksi sosial
Gejala              :           perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan bisa dalam tanggungjawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.


B.       PATHWAY
Corona virus                   droplet                                    saluran pernapasan

                              Peningkatan angka                          inkubasi 2-10 hari
       Leukosit

    Demam                                                 radang paru
Rounded Rectangle: Bersihan jalan nafas tidak efektif
 


Nafsu makan                hipertermi                                                   sekret

Intake makanan/           Dehidrasi                                                   sesak napas
minuman                                              Asupan O2                             
 Tdk adekuat                          perubahan     
                                           Respiratory Rate
Text Box: Nutrisi kurang dari kebutuhanMetabolisme
Anaerob
Rounded Rectangle: Pola napas tidak efektif
 


Peningkatan
Asam laktat
Rounded Rectangle: Volume cairan kurang dari kebutuhanRounded Rectangle: nyeri                                                           
                         

                    
C.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
2.         Volume cairan berhubungan dengan intake kurang
3.         Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang
4.         Nyeri berhubungan dengan peningkatan asam laktat
5.         Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan respirasi rate


D.      INTERVENSI
DX1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
TU : Bersihan jalan napas efektif
TK : jumlah pernapasan dalam batas normal, frekuensi pernapasan normal dan ekspansi dada normal
KH :  
·         Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
·         Menunjukkan jalan nafas yang paten
·         Mampumengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
Intervensi
1.      Kaji frekuensi/kedalamanpernapasan dan gerakan dada
R/ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanangarakan dinding dada
2.      Auskultasi area paru, catat  area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
R/ mengetahui adanya penumpukan sekret
3.      Bantu pasien latihan napas dalam
R/ napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru
4.      Pengisapan sesuai indikasi
R/ merangsang batuk untuk membersihkan jalan napas
5.      Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).Tawarkan air hangat daripada dingin.
R/ cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret

DX II. Volume cairan berhubungan dengan intake kurang
TU :volume cairan terpenuhi
TK :intake dan output seimbang, tidak ada tanda-tanda dehidrasi dan turgor kulit baik
KH :
·         Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
·         Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
·         Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
1.      Observasi TTV, catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi dan membran mukosa
R/ kekurangan/perpindahan cairan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan TD dan mengurangi volume nadi
2.      Ukur/hitung masukan, pengeluaran, dan keseimbangan cairan.
R/ memberikan informasi tentang status cairan umum
3.      Timbang berat badan
R/ perubahan BB cepat menunjukkan gangguan dalam air tubuh total
4.      Kolaborasi : berikan cairan IV dalam observasi ketat/dengan alat kontrol sesuai indilasi
R/ memperbaiki atau mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan.

DX III. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang
TU : nutrisi terpenuhi
TK : tidak ada tanda-tanda malnutrisi, menghabiskan diet yang ditentukan, intake dan output seimbang
KH :
·         Pemasukan nutrisi yang adekuat
·         Pasien mampu menghabiskan diet yang dihidangkan
·         Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
·         Nilai laboratorim, protein total 8-8 gr%, Albumin 3.5-5.4 gr%, Globulin 1.8-3.6 gr%, HB tidak kurang dari 10 gr %
·         Membran mukosa dan konjungtiva tidak pucat
Intervensi:
1.      Kaji kebiasaan diet, dan masukan makanan saat ini.
R/ pasien distres pernapasan sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat
2.      Auskultasi bunyi usus
R/ penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas gaster dsn konstipasi
3.      Berilan perawatan oral sesering mungkin, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tissu
R/ rasa tidak enak, bauh dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kualitas napas
4.      Hindari makanan penghasil gas dan bikarbonat
R/ suhu ekstrim dapat mencetus/meningkatkan spasme batuk
5.      Kolaborasi : memberikan makanan yang mudah dicerna, secara nurisi seimbang
R/ metode makanan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal

DX IV. Nyeri berhubungan dengan peningkatan asam laktat
TU : nyeri berkurang
TK : nilai GCS kembali normal, ekspresi wajah tenang, dan klien tidak meringis
KH :                         
·         Nyeri berkurang
·         Nilai GCS normal
Intervensi
1.      Tentukan karakteristik nyeri
R/ nyeri dada yang timbul komplikasi SARS seperti perikarditis
2.      Pantau tanda-tanda vital
R/ perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan pasien mengalami nyeri.
3.      Berikan tindakan nyaman : relaksasi, perubahan posisi dan pijat pinggang
R/ tindakan non-analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan
4.      Kolaborasi : berikan analgetik dan antitusif sesuai indikasi
R/ obat ini dapat menurunkan rasa nyeri dan digunakan untuk menekan batuk produktif
DX V.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan respirasi rate
TU : pola napas efektif
TK : pasien tampak tenang, dan sesak berkurang
KH :
·         Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/bersih
Intervensi :
1.      Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
R/ kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas
2.      Auskultasi bunyi napas
R/ bunyi napas menurun/tidak ada bila janan napas obstruksi sekunder terhadap perdarahan
3.      Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
R/ kepala tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan
4.      Observasi pola batuk dan karekter sekret
R/ kongestif alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi
5.      Kolaborasi : berikan oksigen tambahan dan nebulizer
R/ memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

E.       EVALUASI
1.      Bersihan jalan napas efektif
2.      Volume cairan terpenuhi
3.      Nutrisi terpenuhi
4.      Nyeri berkurang
5.      Pola napas efektif







DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. edisi 8 volume 3. EGC: Jakarta
Jong, W. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. Media Aesculapius : Jakarta.
McCloskey&Bulechek. 2005. Nursing Interventions Classifications (NIC). Second edisi. By Mosby-Year book.Inc: Newyork.
NANDA.  2007-2008.  Nursing Diagnosis: Definitions and classification. Philadelphia: USA.

University IOWA. NIC and NOC Project. 2010. Nursing Outcome Classifications (NOC). Philadelphia: USA